Mosque Training di Masjid Al Wustha Mengajarkan Adab Berjamaah di Masjid sehingga Siswa Begitu Tertib

Senin, 22 April 2024 : 12:43

 


www.sdmuh1solo.com - Mosque Training di Masjid Al Wustha Mengajarkan Adab Berjamaah di Masjid sehingga Siswa Begitu Tertib. Berangkat ke masjid dengan tatanan yang baik dan sikap yang terarah bukan hanya menunjukkan kehormatan dan penghargaan kepada tempat suci ini, tetapi juga memberikan efek positif psikologis bagi para siswa. 

Masjid adalah rumah Allah. Orang yang hatinya terikat dengan masjid dilindungi Allah di hari mahsyar di mana tidak ada yang dapat melindungi kecuali Dia. Seberapa kuat keterikatan seseorang terhadap masjid tergambar dari seberapa cintanya kepada masjid dan bagaimana memenuhi adab-adab terhadapnya. 

Di antara adab terhadap masjid adalah: (1) berniat menuju masjid, (2) mempersiapkan diri sebaik-baiknya, (3) perjalanan menuju masjid, (4) masuk dan keluar masjid, (5) shalat tahiyatul masjid, (6) selama di dalam masjid, (7) larangan dalam masjid.

Allah menegaskan dalam QS. Al-Baqarah ayat 114 dan at-Taubah ayat 18 bahwa masjid itu hanya milik Allah (masajida-Allah). Artinya bangunan tempat bersujud itu tak bisa dimiliki oleh siapapun. Siapa saja boleh menggunakan masjid sejauh untuk tujuan kemaslahatan yang berlandaskan syariat Islam.

Dengan kata lain, karena masjid hanya milik Allah, segala aktivitas yang berlangsung di dalamnya tak boleh melanggar prinsip-prinsip dasar yang telah ditentukan Allah. Berikut beberapa adab dan keutamaan pergi ke masjid.

Pertama, berjalan ke masjid mendapatkan pahala

Berjalan ke masjid ternyata tidak seperti berjalan ke tempat biasa pada umumnya. Dalam sebuah hadis Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang bersuci dari rumahnya kemudian berjalan ke salah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid) untuk menunaikan salah satu dari kewajiban-kewajiban yang Allah wajibkan, maka kedua langkahnya salah satunya akan menghapus dosa dan langkah yang lainnya akan mengangkat derajat.” (HR. Muslim no. 1553) .

Hadis di atas menyiratkan satu hal penting bahwa berangkat ke masjid setara dengan sedekah dengan ketentuan berniat akan melaksanakan salat. Kalau tujuan ke masjid hanya ingin terlibat dalam keributan dan kegaduhan, bukan pahala melainkan dosa yang didapat.

Kedua, memakai pakaian yang bersih, suci, dan menutup aurat

Dalam QS. Al-A’raf ayat 31, Allah swt berfirman tentang pentingnya memakai pakaian yang bersih, suci dan menutup aurat, bukan pakaian yang mahal dan bermerk. Menjaga kesucian dan kebersihan masjid merupakan prioritas utama agar tempat ibadah tersebut terhindar dari hal-hal yang dapat membatalkan salat. Dimulai dengan hal-hal kecil seperti tidak memakai alas kaki ketika hendak masuk masjid, sampai membuat jadwal kegiatan bersih-bersih secara berskala demi kenyamanan beribadah.

Hal ini diperkuat dalam sebuah hadis Rasulullah pernah memerintahkan para sahabat agar merawat kebersihan dan keindahan masjid (HR. Abu Dawud no. 455). Sebagai konsekuensinya, kita tidak diperkenankan untuk membawa benda-benda yang mengandung najis seperti khamr atau segala sesuatu yang dapat memabukkan, kotoran, air kencing, babi, anjing, dan lain-lain.

Ketiga, melangkah ke masjid dengan tenang dan ikhlas

Rasulullah Saw bersabda: “Apabila kalian mendengar iqamah, berjalanlah menuju salat dan kalian harus tenang, dan jangan buru-buru..” (HR. Bukhari no. 636 dan Muslim no. 602). Hadis ini menerangkan tentang betapa pentingnya berjalan dengan tenang dan ikhlas menuju masjid, tidak tergesa-gesa sehingga tidak menimbulkan kegaduhan di lingkungan sekitar. Bila berjalan menuju masjid saja diperkenankan untuk tetap tenang, apalagi saat berada di dalam masjid sangat tidak dianjurkan membuat keributan dan kegaduhan.

Masjid harus tetap dalam kondisi yang tenang dan stabil, agar kekhusyu’an beribadah kepada Allah lebih optimal. Karena masjid memiliki posisi signifikan bagi spiritualitas umat Islam, segala keributan tidak dapat dibenarkan.

Keempat, dahulukan kaki kanan ketika mulai masuk masjid dan panjatkan doa memasuki masjid

Dari ‘Aisyah RA mengatakan: “Nabi Saw selalu mendahulukan yang kanan, ketika memakai sandal, menyisir rambut, bersuci, dan yang lainnya.” (HR. Bukhari) Arti penting hadis ini menunjukkan bahwasannya memasuki masjid tidak seperti masuk ke dalam ruang umum lainnya. Ada adab yang perlu dipatuhi agar keberkahan dari Allah melimpah kepada diri kita. Karena itu, ketika hendak memasuki masjid, mulai dengan langkah kaki kanan terlebih dahulu seraya memanjatkan doa.

Ada banyak varian doa ketika hendak memasuki masjid. Di antara viarian doa-doa itu sebagai berikut:

بِسْمِ اللهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُولِ اللهِ

“Dengan menyebut nama Allah, shalawat dan salam untuk Rasul Allah.”

اللَّهُمَّ افْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ

“Ya Allah, bukakanlah pintu rahmatmu untukku.”

Kelima, menegakkan sembahyang sunah tahiyatul masjid

Rasulullah Saw bersabda: “Apabila kalian masuk masjid, jangan duduk, sampai salat dua rakaat.” (HR. Muslim). Salat tahiyatul masjid disunahkan dua rakaat sebelum duduk. Kesunahan salat ini menjadi hilang ketika masuk masjid langsung duduk, baik lama ataupun sebentar. Sembahyang ini perlu menjadi rutinitas agar setiap masuk masjid melaksanakan dua rakaat sebelum duduk tidak lupa dan pahalanya mengalir.

Keenam, memanfaatkan waktu antara adzan dan iqamah untuk memperbanyak do’a

Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya do’a yang tidak tertolak adalah do’a antara adzan dan iqomah, maka berdo’alah (kala itu).” (HR. Ahmad). Sudah sangat jelas berdasarkan hadis ini, waktu antara adzan dan iqamah merupakan waktu yang penuh keberkahan (kebaikan). Sudah sepantasnya seorang muslim menyibukkan diri untuk banyak beribadah sunnah; Salat sunah tahiyatul masjid, berdo’a, berdzikir, bermunajat, membaca al-Qur’an dan bershalawat.

Bahkan dalam hadis lain yang diriwayatkan dari Abu Dawud dinyatakan bahwa doa di antara adzan dan iqamah tidak tertolak. Meski demikian tentu ada syarat-syarat tertentu yang mesti terpenuhi agar doa yang dipanjatkan berbuah hasil yang diinginkan.

Ketujuh, tidak melakukan aktivitas jual beli

Rasulullah Saw bersabda: “Jika kamu melihat orang menjual atau membeli di masjid maka katakanlah, ‘Semoga Allah tidak memberi keuntungan pada daganganmu.’” (Tirmidzi no. 1232). Meski larangan ini tidak lantas membatalkan akad jual beli, namun sabda Rasulullah saw ini menunjukkan bahwa masjid bukan tempatnya melakukan transaksi jual beli.

Kedelapan, menerapkan protokol kesehatan

Agama Islam (syariah) melarang kita menjatuhkan diri ke dalam kebinasaan dan perbuatan bunuh diri. Bahkan salah satu unsur tujuan syariah (maqasid asy-syar’iah) yaitu perlindungan terhadap jiwa dan raga (hifz an-nafs). Di masa pandemi, masjid sebagai tempat komunal harus tetap merawat disiplin protokol kesehatan seperti mencuci tangan, memakai masker, dan interaksi seperlunya dengan jamaah lain.

Kesembilan, mengucapkan doa keluar masjid

بِسْمِ اللهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ، اَللَّهُمَّ اعْصِمْنِيْ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

“Dengan nama Allah, semoga shalawat dan salam terlimpahkan kepada Rasulullah. Ya Allah, sesungguhnya aku minta kepada-Mu dari karunia-Mu. Ya Allah, peliharalah aku dari godaan setan yang terkutuk”.

Itulah adab-adab yang senantiasa harus kita perhatikan ketika sebelum, sedang, dan setelah dari masjid. Sebagai tempat suci yang dikhususkan untuk beribadah kepada Sang Pencipta, masjid sangat perlu kita agungkan. Sehingga, perlu adab atau etika ketika hendak berangkat ke sana dan memasukinya. Wallahu a’lam.


Share this Article

0 komentar :

Copyright © 2019 SD Muhammadiyah 1 Surakarta - All Rights Reserved