Sejarah

Sejak berdiri 1935, SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta dengan nama HIS Muhammadiyah yang kemudian disesuaikan dengan peraturan pemerintah RI menjadi SR Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta.

Berbagai tantangan, hambatan dan cobaan sejak zaman Belanda dan Jepang. Masa proklamasi kemerdekaan, era ORLA, ORBA serta Reformasi, SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta telah teruji dan tetap eksis dalam menyelenggarakan pendidikan yang berkarakter, berkualitas dan berbudaya mutu.
Apakah SD Muhammadiyah 1 Ketelan berdiri tahun 1920 atau 1935?[1]
Muhammadiyah berdiri sekitar abad 20. Muhammadiyah  didirikan  pada hari Tarwiyah  8  Dzulhijah  1330  H  atau 18 November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan di Yogyakarta.
Pimpinan Muhammadiyah K.H. Ahmad  Dahlan kemudian  mengajukan permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan hukum dan di kabulkan dengan surat ketetapan Pemerintah N0. 81  tanggal 22  Agustus 1914.
Pimpinan Muhammadiyah K.H. Ahmad  Dahlan kemudian  mengajukan permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan hukum dan di kabulkan dengan surat ketetapan Pemerintah N0. 81  tanggal 22  Agustus 1914. Namun izin ini hanya berlaku di daerah Yogyakarta dan organisasi ini hanya boleh bergerak di daerah Yogyakarta saja.
K.H. Ahmad  Dahlan pada  tanggal 7  Mei 1921, mengajukan permohonan kembali kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Dan permohonan ini dikabulkan dengan Surat Ketetapan Pemerintah N0. 36 tanggal 2 September 1921.
Sementara itu, Muhammadiyah  di salah satu  cabangnya yaitu  di Surakarta diresmikan oleh K.H. Ahmad  Dahlan beserta Muhammad  Husni dan R.M Prawirowiworo pada tanggal 25  Januari 1922  dan secara resmi diganti namanya menjadi Muhammadiyah  Cabang Surakarta.
Pada awal berdirinya bernama SATV (akronim sifat nabi:  Sidiq, Amanah, Tablig, Vathonah) setelah diresmikan baru berubah menjadi Muhammadiyah cabang Surakarta.
Pada tahun 1921, Muhammadiyah Yogyakarta sudah diijinkan mendirikan cabang-cabangnya di luar Yogyakarta, namun SATV  masih tetap  menggunakan nama SATV.
Perkumpulan ini walaupun belum berubah nama menjadi Cabang Muhammadiyah  di Surakarta tetapi tetap  menerima petunjuk-petunjuk  serta instruksi atau  perintah dari Yogyakarta.
Setahun kemudian pada tanggal 25 Januari 1922 K.H. Ahmad  Dahlan dengan di dampingi oleh Muhammad  Husni dan R.M. Prawirowiworo datang  ke Surakarta untuk  meresmikan berdirinya Muhammadiyah  Cabang  Surakarta.
Diresmikannya SATV  menjadi cabang  dari Muhammadiyah maka SATV  berubah nama menjadi Muhammadiyah Afdeling Surakarta (Muhammadiyah Cabang  Surakarta). Perubahan nama baru  ini maka Muhammadiyah Afdeling Surakarta.
Mayoritas pemimpin Muhammadiyah Cabang Surakarta adalah para pengusaha batik kaya generasi Misbach. Para pengusaha batik ini tidak hanya siap mengumpulkan dana tetapi juga siap menyumbangkan uang mereka sendiri ke berbagai kegiatan Muhammadiyah Cabang  Surakarta seperti penerbitan jurnal baru, pendirian sekolah Muhammadiyah baru, perpustakaan serta menyelenggarakan pertemuan tabligh.
Selain dari pemimpin-pemimpin Muhammadiyah, dana yang  digunakan berasal dari percetakan. Percetakan  ini didirikan  atas inisiatif R. Sontohartono seorang  bendahara Muhammadiyah. Percetakan ini bernama CV. Percetakan Persatuan. Dari hasil percetakan ini dipergunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan Muhammadiyah Cabang Surakarta.
Bagian Cabang Pendidikan atau Afdeling Onderwijs
Bagian Cabang  Pendidikan  ini mendirikan  sekolah Muhammadiyah  di Keprabon yang dipimpin oleh Siswosoedirdjo(Guru HIS Kepatihan), Sastrosugondo dan guru- sekolah yang bercirikan Agama Islam dan  berada di Masjid Agung  Surakarta.
            pada hari Selasa tanggal 17  Mei 1927  membuka poliklinik  mata. Poliklinik  ini dibuka untuk umum. Tempat yang digunakan sebagai poliklinik adalah di rumah Kiai Moechtar Boechori di Kampung Kauman Tengah.
            Pada awal berdiri Muhammadiyah Surakarta meminta bantuan guru-guru  Mambaoel  Oelom untuk mengajar di sekolah-sekolah Muhammadiyah.
            Hubungan yang dilakukan antara Kraton Kasunanan dengan Muhammadiyah lainnya  adalah Pakoe Buwono X  memberikan tanahnya untuk  Selolah Pertanian (Land Bow School)  Muhammadiyah pada tahun 1935.
Pura Mangkunegaran sendiri, ketika Muhammadiyah berdiri di Surakarta Mangkunegaran sudah memiliki beberapa sekolah. Hal ini karena janji Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegaran 7  ketika dilantik. Langkah- langkah yang  diambil beliau  adalah dengan menambah jumlah Sekolah Desa (Sekolah Dasar Kelas Rendah) dan Sekolah Rakyat, membuka Kursus Guru Desa, Sekolah Putri Kopschool, Siswarini, Sekolah dasar dengan Bahasa Belanda, Sekolah Menengah Umum Pertama. Langkah ini dilakukan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegaran 7, karena sebagai pertanggung jawaban atas pidatonya pada tanggal 21  Februari 1917, sesaat setelah penobatannya sebagai Mangkunegaran 7.
Isi dari pidatonya adalah:
Saiki wis ora cundhuk karo jamane yen kang juneneng Adipati iku mung merlokake nggone nengenake kawibawan bae sarta panggaweyan tumrap pangolahing Praja mung kapasrahake marang para nara Praja. Ing mangka yen  benera ing jaman saiki kang jumeneng  Adipai kudu dadi tuladha tumrap para putra Santana, legium, nara Praja, lan para kawula ing atase kawekelaning pakaryan lan kautamaning budi. Aku kudu tansah manggalih lakuning  Praja lan melu  ngasta (tumindak) dhewe. Kang  perlu  dak  galih dhisik  iku  panguripane para kawula cilik  kang  wiwit biyen tumeka saiki gawe sugihe Praja Mangkunegaran mangka salawase panguripane tansah rekasa, bumine kurang  pametune amarga saka kekurangan banyu. Para nara karya uripe tanpa nganggo kabungahan, omahe mung emplek-emplek kang  saru  dinulu, ora oleh piwulang  lan pamardi  kang  prayoga sarta ora ana kang  nuntuni. Mula aku  kudu ngudi marang  kamulyane kawulaku wong  cilik. Kowe kabeh kudu  sayuk  ambiyantu  kalayan  temen, padha anggedhekna kaantepanmu, supaya Praja Mangkunegaran bisa mundhak raharja sarta kawulaku wong  cilik bisa kepenak uripe lan tentrem ayem atine, ora ngemungake kaya kang wus kelakon, nangin malah luwiha saka samono, sarta kowe kabeh kudu ambudidaya kalayan  anderpati murih undhaking  rasamu:  bisa mentas dhewe, bias nganakake ada-ada tumrap paedahing  akeh lan weruh ing  wajib, sarta murih undhaking  rasamu  adil lan tentrem marang wong cilik.
Organisasi Muhammadiyah juga bergerak dibidang pendidikan maka K.G.P.A.A Mangkunegaran 7  juga memberikan tanah kepada Perkumpulan Muhammadiyah  untuk mendirikan sekolah juga diberikan dana subsidi.
            Tanah yang diberikan K.G.P.A.A Mangkunegaran untuk H.I.S Muhammadiyah samping Masjid  Al-Wustho Mangkunegaran sudah tidak  mencukupi lagi untuk  menerima murid.
Gedung  sekolah itu memerlukan perluasan dan pembaharuan, akhirnya pihak  Persyarikatan Muhammadiyah mengajukan permohonan untuk  meminta tanah tersebut kepada Pura Mangkunegaran. Surat pengajuan permohonan tanah dikabulkan oleh  Mangkunegaran.
Untuk  Muhammadiyah cabang Surakarta sejak dirintis sudah memberikan ilmu-ilmu tentang keagamaan kepada anggotanya yaitu  lewat pengajian-pengajian.
Di tahun 1930  terdapat  sekolah- sekolah Muhammadiyah seperti di Mangkunegaran, Kleco, Kampung Sewu, Kauman, Pasar Legi.
Sekolah-sekolah  yang  diadakan  masih  sangat sederhana sekali sehingga tidak  tertata dengan rapi. Sekolah yang  diselenggarakan pada tahun 1930 sampai 1940 masih sederhana dan tidak mengekang murid-muridnya dengan peraturan yang ketat.
HIS mit de Qur’an terdapat di Mangkunegaran. Tahun  1929  siswanya 220 orang. Kemudian oleh Muhammadiyah diganti menjadi Holland  Inlanschool Muhammadiyah (HIS Sekolah Rakyat berbahasa Belanda yang  ditempuh selama 7 tahun) Mangkunegaran  tahun 1935 di Ketelan Surakarta. Kepala Sekolah yang  pertama dari sekolah ini adalah  Dwijosukarto.
Tujuan dari didirikan sekolah ini adalah Muhammadiyah ingin memberikan pendidikan Islam mulai dari dasar. Lama belajar di HIS selama 7  tahun. Mata pelajaran yang  diajarkan  di HIS antara lain  adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Belanda, Berhitung, dsb. Yang diterima di sekolah Muhammadiyah sudah berusia 6 tahun, pembayaran empat rupiah. Guru-guru sekolah ini R. Hadisoetirto, R. Soekardjo, R. Soetantio, M. Soedjadi, M. Agoeslan, M. Soebandar, M. Mahdoen, M. Soepaja dan Soetiti (Sumber: Berita Tahoenan Hindia Timoer Moehammadijah Tjabang Surakarta Tahun 1930, halaman 35)
Schakel  School Muhammadiyah di Ketelan (setingkat SD), kepala sekolah Jumairi yang didirikan di sebelah Masjid Al-Wustho Mangkunegaran.
SD  Muhammadiyah  berdiri pada tahun 1935[2], pada awalnya bernama Mualimin Muhammadiyah, berganti menjadi HIS Muhammadiyah dan kemudian berubah menjadi SR Muhammadiyah. Tanah yang dipakai untuk bangunan SD ini berasal dari tanah wakaf Mangkunegara VII
SD  Muhammadiyah I berstatus swasta bersubsidi Daerah Tingkat I Jawa Tengah sejak tahun 1951. Luas seluruh lahan sekolah ini 2000  M2 dan luas seluruh bangunan 780  M2.
Selama sekolah ini berdiri mengalami beberapa kali pergantian kepemimpinan kepala sekolah:
1.) Periode 1946 sampai 1949 dipimpin oleh Adnan Dasuki
2.) Periode 1949 sampai 1954 dipimpin oleh Samso Hadiwiryatmo
3.) Periode 1954 sampai 1955 dipimpin oleh Hermini
4.) Periode 1955 sampai 1960 dipimpin oleh M. A. Roby
5.)Periode 1960 sampai 1964 dipimpin oleh Muh. Subandi
6.) Periode 1962 sampai 1987 dipimpin oleh Rahmad Syukur.
Semua sekolah-sekolah Muhammadiyah yang didirikan oleh Muhammadiyah tidak memerlukan akte notaris atau bentuk Yayasan tersendiri karena setiap sekolah Muhammadiyah  merupakan  usaha dibidang  keagamaan dan  sosial oleh  Badan Hukum Muhammadiyah.
Sejak awal berdirinya Muhammadiyah sudah mempunyai Badan Hukum yang bergerak  dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Badan Hukum yang  dilaksanakan Muhammadiyah itu  disyahkan dengan  dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 81 tanggal 22 Agustus 1914 Muhammadiyah mempunyai Badan Hukum.
Muhammadiyah sebagai suatu Persyarikatan mempunyai susunan organisasi yang  bertingkat atau  vertikal yang berpusat pada pimpinan pusat. Semua kegiatan  pendidikan yang  dilakukan oleh Muhammadiyah adalah kegiatan dari satu Badan Hukum Muhammadiyah.
Kemunculan Muhammadiyah di Surakarta awalnya bernama Kring  Sarekat Islam, kemudian  menjadi SATV  dan  berubah menjadi Muhammadiyah  Cabang Surakarta sejak  tahun 1923. Keadaan pendidikan di Surakarta dipengaruhi oleh banyak  hal selain  dari keadaan masyarakat yang  hidup  dalam kemiskinan dan kebodohan, penjajahan, peninggalan adat istiadat yang  sudah turun-temurun, kejawen, juga adanya dua keraton di Surakarta yaitu Keraton Kasunanan Surakarta dan Pura Mangkunegaran.
           



[1] Amanah Kepala Sekolah, Hj. Sri Sayekti, S.Pd., M.Pd “Telusur Data Waka Humas, Jatmiko”.
[2] Sumber : Tim, 1972, Pimpinan Muhammadiyah Majlis Pendidikan dan Pengajaran
Daerah Kodya Surakarta, Surakarta: MPP, halaman 43.



0 komentar :

Copyright © 2019 SD Muhammadiyah 1 Surakarta - All Rights Reserved