Kebiasaan Baru Proses Belajar Mengajar Di Kota Solo Selama Pandemi

Sabtu, 20 Februari 2021 : 10:16

 


sdmuh1solo.com - Munculnya wabah Covid-19 di belahan bumi, sistempendidikan pun mulai mencari suatu inovasi untuk proses kegiatan belajar mengajar. 

Terlebih adanya Surat Edaran no. 4 tahun 2020 dari Menteri Pendidikan dan kebudayaan yang menganjurkan seluruh kegiatan di institusi pendidikan harus jaga jarak dan seluruh penyampaian materi akan disampaikan di rumah masing-masing.

Seperti apa kebiasaan baru proses belajar mengajar di kota Solo selama pandemi? Solopos FM dalam Program Perilaku Lawan Covid-19, membahasnya bersama narasumber Drs HM Joko Riyanto SH MM MH, Ketua Dewan Pendidikan Kota Solo dan Sri Sayekti SPd MPd Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 1 Ketelan Solo, Kamis (18/02/2021).

Teknologi menjadi solusi di tengah kondisi yang penuh ketidakpastian seperti sekarang. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim, mendorong pembelajaran daring (dalam jaringan) selama belum bisa pembelajaran tatap muka di sekolah.

Masalahnya, di lapangan sangat banyak ditemui problem dalam proses pembelajaran daring. PJJ berlangsung dengan banyak hambatan dan tantangan. Masalah bukan hanya soal bagaimana kegiatan belajar mengajar bisa efektif secara daring, tapi penyesuaian terhadap kondisi siswa di rumah.

Drs HM Joko Riyanto SH MM MH Ketua Dewan Pendidikan Kota Solo mengakui pendidikan di Indonesia selama pandemi membuat dunia pendidikan tanggap teknologi.

 “Guru dan siswan sekarang jadi tahu teknologi. Dulu gagap sekarang mau tidak mau harus bisa,” ungkap ustaz Joko.

Namun menurutnya juga ada negatifnya, kala tugas semakin banyak menumpuk. Selain itu, banyak siswa yang lebih suka bermain gadget, diluar tugas sekolah. Masalah ditambah dengan kondisi sinyal di tempat guru dan siswa yang tidak stabil.

Dalam kesempatan yang sama, Sri Sayekti SPd MPd Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 1 Ketelan Solo, mengakui pandemi menjadi tantangan yang menuntuk pihak sekolah terus belajar.

“Tak terasa sudah hampir setahun kondisi ini. Kami juga tidak pernah menyangka. Di awal-awal sangat rumit sekali, karena kami harus menciptakan proses belajar mengajar yang menyenangkan tapi juga kualitas pendidikannya baik,” ungkap Sayekti.

Perbaikan terus dilakukan, dan menurutnya sekolah saat ini sudah mempunyai fomulasi yang lebih tepat untuk PJJ. Ada monitoring bersama, tak hanya pelajaran sekolah namun juga pantauan karakter hingga ibadahnya. Hal ini dilakukan dengan kerjasama penuh bersama orangtua.

Tuntutan ini juga diakui Joko. Menurutnya tiap guru juga harus terus meningkatkan kompetensinya.

 “Jangan berpuas diri. Terus inovasi awasi siswa. Saya juga mengapresiasi setiap guru yang melakukan home visit ke siswanya, sebagai upaya melihat langsung kondisi siswa di rumah,” papar Sayekti.

Joko Riyanto mengakui, PJJ menjadi tantangan khusus bagi rumah tangga miskin. Kebutuhan akan gadget menjadi hal yang mutlak kala PJJ. Hal ini yang kadang memberatkan keluarga miskin.

“Kadang satu keluarga hanya punya satu HP, padahal ada dua sampai tiga anak yang membutuhkan HP untuk PJJ mereka. Karena hal inilah yang membuat kami mendorong para dermawan untuk memberikan HP bagi siswa yang membutuhkan,” ungkap Joko.

PJJ membuat semua pihak harus berupaya untuk tidak hanya bertahan, tapi juga tetap berkualitas. Untuk memastikan kualitasnya terjaga dan materi pembelajaran diterima semua siswa, menurut Sayekti, pihak sekolah selalu mengirim video hasil pembelajaran ke HP orangtua.

“Jadi bagi anak yang nggak bisa mengikuti pelajaran online, bisa melihat rekamannya. Kami juga membagikan modul pembelajaran secara periodic, yang diambil orangtua ke sekolah, sembari mereka mengembalikan tugas sebelumnya yang sudah dikerjakan sang anak,” jelas Sayekti.


 Sumber: Jurnalis, Avrilia Soloposfm.

 

Share this Article

0 komentar :

Copyright © 2019 SD Muhammadiyah 1 Surakarta - All Rights Reserved