Solo, Jawa Tengah, - Megahnya Kolosal Ramayana pertama kali
menyapa warga Muhammadiyah dan Solo di panggung Benteng Vastenburg Kota
Surakarta, Jum’at (26/1/2018) sore di bawah guyuran hujan yang sangat deras. Tak menyurutkan Ratusan orang yang datang untuk
menyaksikan pertunjukan 65 siswa sekolah pendidikan karakter SD Muhammadiyah 1
Ketelan Surakarta untuk memeriahkan Kreasi
Seni Siswa Muhammadiyah (Kreassimu) 2018 Perguruan Muhammadiyah Kota Surakarta.
Sesekali penonton dibuat tertawa disertai tepuk tangan menyaksikan
gerakan-gerakan atraktif yang dipertontonkan serombongan penari cilik yang
terlihat lucu dan menggemaskan.
Ditemui usai pementasan, pelatih sekaligus sutradalang dalam
pertunjukan tersebut, Ki Agung Sudarwanto, S.Sn., M.Sn mengungkapkan proses
latihan pertunjukan kolosal ini selama 1 minggu. “Antusiasme anak-anak SD Muh 1
ini cukup tinggi, sehingga tidak terlalu sulit untuk mengajari mereka. Selain
itu banyaknya agenda-agenda kebudayaan di kota Solo bisa menghidupkan dan
menambah kreativitas warga sekolah, amanat patut kita praktikkan dalam kehidupan
Berbangsa dan Bernegara.
Sebagaimana sang Anoman yang telah diangkat
sebagai Duta Sri Rama Wijaya untuk memastikan keberadaan Sinta di Taman
Argasoka. Shinta merupakan simbol dari kondisi alam yang “gemah, ripah, loh
jinawi, kerta, tata, tur raharja” yaitu menunjuk pada situasi alam dan
masyarakat yang baldatun, Thayyibatun wa rabbun ghafur. Keadaan yang
demikian telah dijamah oleh niat angkara murka yang direfleksikan tokoh Rahwana
Raja. Anoman sebagai Duta Sri Rama Wijaya segera melaksanakan mandat yang
diberikan kepadanya. Kedatangan Anoman di Taman Argasoka diketahui oleh
Indrajit. Terjadilah peperangan antara keduanya, Anoman berhasil dirantai oleh
Indrajit. Anoman dibakar di tengah alun-alun Negara Alengkadiraja. Api yang
menjilat-jilat menyelimuti dirinya dimanfaatkan oleh Hanuman untuk membakar
kraton alengka beserta isinya,” ungkapnya.
Dalam hasanah budaya yang sekarang ini anak-anak seperti
tidak mengetahui suatu budaya klasik, yang menularkan suatu perilaku kehidupan
manusia yang baik dan buruk, agar mereka menjalankan perintah dan menjauhi
larangan-Nya. Dalam adegan ini mengenai bermacam-macam kehidupan yang
digambarkan dengan (gunungan), kemudian adegan dalam taman soka ada banyak
binatang, ada kidang, lutung dan putra-putri yang menemani sinta, Kata salah
satu pelatih penari hebat, Sri Suwanti, S.Pd.
Pementasan berdurasi 20 menit tersebut juga didukung salah
satu Cucu Panggiyo, S.Kar mantan Dosen ISI Surakarta Fadhil Dzaky Athallah
kelas 4 A. “ Ternyata akar terus menjadi pohon jadi buah, lha ini ini berlaku
bagi Fadhil dari SD Muh 1 yang turun dari eyang kung nya Panggiyo mantan Dosen
ISI, dulu eyang buyutnya empu gamelan Reso Wiguno. Bapak Panggiyo tinggal di
Wirun Mojolaban Sukoharjo, cita-cita fadhil pengin jadi Dosen ISI Biar tidak
punah karena bapak Panggiyo dirumah buat gamelan juga, Kata Anita ibunya Fadhil
Dzaky Athallah yang menjadi gerong.
“Fadhil suka karena suaranya yang keras dan mudah menyentuh
hati, jiwa dan perasaan” katanya Fadhil.
Kepala SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta, Sri Sayekti,
S.Pd., M.Pd, mengapresiasi langkah majelis Dikdasmen untuk memajukan insan-insan
berkesenian baik dari tingkatan SD sebanyak 23 Sekolah, SMP/MTs 10 sekolah dan
SMA/MA/SMK 11 dalam pelestarian dan
berkreasi tentang budaya. Pihaknya berharap ke depan banyak pihak yang membantu
mendukung kesenian dan kreativitas seni, khususnya kreassimu. Humas Jatmiko.
Share this Article
0 komentar :