“Anoman Obong” Magnet Ribuan Penonton Ajang Kreassimu di Benteng Vastenburg Solo.

Sabtu, 27 Januari 2018 : 09:28
Solo, Jawa Tengah, - Megahnya Kolosal Ramayana pertama kali menyapa warga Muhammadiyah dan Solo di panggung Benteng Vastenburg Kota Surakarta, Jum’at (26/1/2018) sore di bawah guyuran hujan yang sangat deras.  Tak menyurutkan Ratusan orang yang datang untuk menyaksikan pertunjukan 65 siswa sekolah pendidikan karakter SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta untuk  memeriahkan Kreasi Seni Siswa Muhammadiyah (Kreassimu) 2018 Perguruan Muhammadiyah Kota Surakarta. Sesekali penonton dibuat tertawa disertai tepuk tangan menyaksikan gerakan-gerakan atraktif yang dipertontonkan serombongan penari cilik yang terlihat lucu dan menggemaskan.

Ditemui usai pementasan, pelatih sekaligus sutradalang dalam pertunjukan tersebut, Ki Agung Sudarwanto, S.Sn., M.Sn mengungkapkan proses latihan pertunjukan kolosal ini selama 1 minggu. “Antusiasme anak-anak SD Muh 1 ini cukup tinggi, sehingga tidak terlalu sulit untuk mengajari mereka. Selain itu banyaknya agenda-agenda kebudayaan di kota Solo bisa menghidupkan dan menambah kreativitas warga sekolah, amanat patut kita praktikkan dalam kehidupan Berbangsa dan Bernegara.

Sebagaimana sang Anoman yang telah diangkat sebagai Duta Sri Rama Wijaya untuk memastikan keberadaan Sinta di Taman Argasoka. Shinta merupakan simbol dari kondisi alam yang “gemah, ripah, loh jinawi, kerta, tata, tur raharja” yaitu menunjuk pada situasi alam dan masyarakat yang baldatun, Thayyibatun wa rabbun ghafur. Keadaan yang demikian telah dijamah oleh niat angkara murka yang direfleksikan tokoh Rahwana Raja. Anoman sebagai Duta Sri Rama Wijaya segera melaksanakan mandat yang diberikan kepadanya. Kedatangan Anoman di Taman Argasoka diketahui oleh Indrajit. Terjadilah peperangan antara keduanya, Anoman berhasil dirantai oleh Indrajit. Anoman dibakar di tengah alun-alun Negara Alengkadiraja. Api yang menjilat-jilat menyelimuti dirinya dimanfaatkan oleh Hanuman untuk membakar kraton alengka beserta isinya,” ungkapnya.

Dalam hasanah budaya yang sekarang ini anak-anak seperti tidak mengetahui suatu budaya klasik, yang menularkan suatu perilaku kehidupan manusia yang baik dan buruk, agar mereka menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Dalam adegan ini mengenai bermacam-macam kehidupan yang digambarkan dengan (gunungan), kemudian adegan dalam taman soka ada banyak binatang, ada kidang, lutung dan putra-putri yang menemani sinta, Kata salah satu pelatih penari hebat, Sri Suwanti, S.Pd.

Pementasan berdurasi 20 menit tersebut juga didukung salah satu Cucu Panggiyo, S.Kar mantan Dosen ISI Surakarta Fadhil Dzaky Athallah kelas 4 A. “ Ternyata akar terus menjadi pohon jadi buah, lha ini ini berlaku bagi Fadhil dari SD Muh 1 yang turun dari eyang kung nya Panggiyo mantan Dosen ISI, dulu eyang buyutnya empu gamelan Reso Wiguno. Bapak Panggiyo tinggal di Wirun Mojolaban Sukoharjo, cita-cita fadhil pengin jadi Dosen ISI Biar tidak punah karena bapak Panggiyo dirumah buat gamelan juga, Kata Anita ibunya Fadhil Dzaky Athallah yang menjadi gerong.
“Fadhil suka karena suaranya yang keras dan mudah menyentuh hati, jiwa dan perasaan” katanya Fadhil.


Kepala SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta, Sri Sayekti, S.Pd., M.Pd, mengapresiasi langkah majelis Dikdasmen untuk memajukan insan-insan berkesenian baik dari tingkatan SD sebanyak 23 Sekolah, SMP/MTs 10 sekolah dan SMA/MA/SMK  11 dalam pelestarian dan berkreasi tentang budaya. Pihaknya berharap ke depan banyak pihak yang membantu mendukung kesenian dan kreativitas seni, khususnya kreassimu. Humas Jatmiko.
Share this Article

0 komentar :

Copyright © 2019 SD Muhammadiyah 1 Surakarta - All Rights Reserved