SDMUH1SOLO.com
— Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta, Sri Sayekti SPd MPd
menilai, literasi Teknologi Informasi Komunikasi dapat dipergunakan untuk
penguatan pendidikan karakter.
Hal
itu disampaikan Sri Sayekti dalam seminar Nasional TIK Untuk Pendidikan dan
Kebudayaan Best Practice Sekolah Inovatif, di Plaza Insan Berprestasi Gedung A
Kemendikbud, Jakarta, Rabu (15/11/2017).
Sri
Sayekti, bersama Kepala Sekolah SMA N 2 Nganjuk Jawa Timur dan SMPN 3
Tanggerang Selatan, serta beberapa Nara Sumber tingkat Nasional Prof R Eko
Indrajit PhD, (Microsoft), Drs Wahfiudin Sakam SE MBA (Google), DR Agung
Harsoyo ST DEA (Telkom), Dra Yeti Widiawati
SPsikolog (Indosat), Duta Rumah belajar Tingkat Nasional, Drs Karnadi
MRDM, Sigit Wiryawan Triwibowo SSn dan Drs Hendro Gunarto MIKom.
Seminar
yang diselenggarakan tanggal 15-16 November 2017 ini, diikuti 400 peserta berasal
dari 33 perwakilan tiap provinsi Indonesia. Pada tahun 2017, Pustekkom
Kemendikbud menyelenggarakan kegiatan Anugerah Ki Hajar. Kegiatan tersebut
merupakan agenda tahunan dengan tujuan untuk memberikan penghargaan kepada para
Siswa, Guru, Kepala Daerah (Gubernur, Bupati/Walikota) yang telah berprestasi
dan memiliki komitmen dalam mengembangkan dan mendayagunakan TIK untuk
pendidikan dan atau pembelajaran. Sebagai rangkaian kegiatan Anugerah Ki Hajar,
maka dilaksanakan Seminar Nasional TIK.
“Intinya, tenaga pendidik dan kependidikan
dituntut beradaptasi atau melek teknologi seperti Kids Jaman Now. Mari tenaga
pendidik dan kependidikan tinggalkan kebiasan yang lama yang kurang baik dan
ikuti perubahan yang positif, pola mendidik dan mengajar yang konvensional
harus mulai diubah ke pola digital,” ujar Kepala Sekolah Sri Sayekti.
Sri
Sayekti memaparkan tentang peran dan fungsi TIK dalam generasi X-Y-Z. “Kita
kenal generasi Baby Boomers (1950-1960), Generasi X (1960-1980), Generasi Y
(1980- 2000), Generasi Z (2000- … ). Ketrampilan apa dan karakter apa yang
dibutuhkan di era digitalisasi dan derasnya informasi. Sebagai Jantung hati,
Pendidikan Karakter mampu mengintegrasikan, memperdalam, memperluas dan
menyelaraskan berbagai program yang ada di sekolah. Mengintegrasikan kegiatan
kelas di luar kelas, sekolah di luar sekolah. Memadukan kegiatan
intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler. Pelibatan seluruh warga
sekolah, keluarga, dan masyarakat. Penyelarasan tugas pokok guru, manajemen
berbasis sekolah dan fungsi komite sekolah,” ujarnya.
Ia
mengajak untuk menyelamatkan anak bangsa dari BLAST, yaitu Bored, bosan dengan
rutinitas sehari-hari di sekolah; Lonely, kesepian, anak tidak dekat dengan
orang tuanya; Angry, marah karena situasi berakar dari ketidakpuasan; Affraid,
takut bercerita kepada orang tua dan tekanan teman sebaya; Stress, tertekan
karena situasi; Tired, lelah akibat akumulasi persoalan. Menjadi generasi yang
BEST, yaitu Beheve, berprilaku baik; Emphatic,empati bisa memposisikan diri
pada kondisi orang lain; Smart, cerdas mengoptimalkan potensi yang
dimiliki;Tough, tangguh dan teguh memegang prinsif.
“Mari
kita mencoba mengubah cara pandang atau persepsi terhadap perkembangan
teknologi demi masa depan generasi Emas tahun 2045,” ujarnya. *Humas Jatmiko.
Share this Article
0 komentar :